Ketika orang sampai pada posisi ambang di mana segala nilai berebangan ( mengambung dan bertabrakan), sering kali menstimulir sikap perbuatan yang dilandasi pemikiran yang "jungkir balik". Ketika posisi kits menjungkir melihat orang berdiri tegak (dengan kepala di atas), agaknya bisa saja kita berpikir bahwa yang tegak itulah yang menjungkir. Namun jika kita berani jujur dalam suasana jungkir balik itu tetap akan tampak semacam kalimantang yang memantulkan realitas tak terbantah:sebuah dunia yang bayang-bayang.