Perlawanan panjang terhadap Belanda di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah antara tahun 1859-1906 telah menampilkan dua sosok keluarga besar aristrokat Banjar, bubuhan Panembahan Antasari, dan elite Dayak-Muslim, bubuihan Temenggung Surapati. Sejarah perlawanan ini didominasi oleh dua tokoh ini yang kemudian diwariskan dan dilanjutkan oleh anak cucu mereka.