“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan (bukan muhrim), karena (pihak) yang ketiga adalah setan,” bisik hati Marham (tokoh laki-laki novel ini) mengingat hadits Rasulullah Saw.
"Sungguh, Allah berlaku tidak adil kepadaku...!" Prahara hidup membarakan amarah hebat di hati Sholihah, Betapa tidak? Ia lahir membawa penyakit kronis yang pengobatannya butuh biaya besar. Itulah sebabnya ibunya tercinta rela jadi TKW demi kelangsungan hidup Shalihah...
Alina dibesarkan dalam keluarga kaya (ningrat) di Kampung Laut Selatan (Cilacap). Ayahnya, Rahardjo, adalah lelaki yang keras kepala, Rahardjo sering bertindak kasar kepada ibu Alina, demikian juga kepada anak-anaknya.
Rupanya, semakin aku memikirkan hakikat Allah, Allah justru semakin Ada. Allah tak terbantahkan oleh nalar filsafat dan logika apa pun, yang selama ini kuanut.
Dalam buku ini pembaca seakan diajak menelusuri detail kehidupan sang tokoh cerita yang sedang digilas kepahitan, atau yang se3dang ditikam problematika di persimpangan jalan
Haruskah cinta putih ini yang bersumber dari lubuk hati menabrak harga diri, pengabdian orang tua, etika sosial, dan garis-garis agama? Lalu yang manakah yang harus dikorbankan : cinta, etika, atau agama? Tidak bisakah semua nilai suci itu berpadu dalam keikhlasan pelangi cinta abadi?
Sebuah novel yang perlu dibaca oleh siapa saja. Napas religiusitasnya sangat terasa memasuki ruang kalbu, membumi dari segi kemanusiaan, menyentuh langit ruhani dengan cahaya cinta. Kehidupan sehari-hari tampak indah untuk dipetik hikmahnya, kontemplatif sekaligus menyenangkan!
Figur gadis Cina dalam novel ini adalah cermin kerinduan spiritual yang tak terperikan di kalangan ateis yang tak tahu mau ke manakan jalan hidupnya. Sementara bagi muslim dan muslimah sendiri, figur itu adalah batu ujian yang mempertanyakan kesejatian iman dan ihsannya. Fani telah mengetuk pintu spiritual setiap hati manusia....