Bagaimana mungkin? Bagaimana mungkin orang yang selama ini begitu disayanginya dan dipanggilnya 'ayah' ternyata adalah pembantai seluruh keluarganya? Orang itulah yang turut menembakkan senjatanya ke arah tumpukan mayat di sudut ruangan, merenggutnya dari gendongan pengasuhnya, lalu membawanya kabur. Orang itu seharusnya membunuhnya pula ketika itu.
Di depan ratusan jasad para syuhada itu, Ghofar dan para mujahid lainnya tertegun. Mereka semua dikejutkan oleh semerbak wangi kesturi nan sedap mewangi yang mengebaki tempat itu. Tak selang berapa lama, keterkejutan merka semakin membuncah. Di anatra harum nan mewangi itu, terdengar suara - suara khusyuk tengah melantunkan kalimah tahlil.
KAfa hidup sebatang kara menjadi yatim piatu setelah ditinggalkan bunda tercintanya. Seorang tetangga bernama Barus kemudian menawarkan bantuan merawatnya. Sayangnya Barus tidak berniat tulus. Ia hanya mengincar tenaga dan harta anak yatim piatu itu.
Dua kali sudah aku gagal merenda cinta. Begitu menyaklitkan. Mungkin, aku harus belajar bersikap lebih dewasa terhadap orang yang kucinta agar cintaku lebih abadi. Atau, mungkin juga aku telah memilih orang yang salah untuk kucintai.
Mengapa Islam identik dengan teroris, jihad, dan terbagi dalam beberapa golongan?" tanya sahabat dekat Salman yang berbeda keyakinan. Penggalan kecil dari narasi-narasi di dalam novel religius ini menghadirkan pemaknaan yang sangat dalam, tapi sejuk dalam nerdakwah dan berislam.
Berada di pusaran konflik yang bertumpuk, Dewi Sakrendha berjuang keras menyelamatkan sepotong cinta miliknya. Meniti masa lalu sang Ibu yang terbuang dari keluarga, menyelip-nyelip di antara ambisi ayahnya menjadi dukun sakti mandraguna, dan serpih-serpih harapan pada sebentuk akidah yang dia yakini.
Pamungkas, mencari kebenaran yang selaras dengan hatinya. Ayahnya Jawa, Ibunya Cina, ayahnya Islam, ibunya Kristen dan keempat kakaknyapun memeluk Kristen
Buku ini bercerita ttg pengalaman penulis sbg seorang santri di sebuah pesantren yg terletak di kota besar. Di pesantren inilah dia menemukan teman2nya yg jg badung. Mulai dari bolos mengaji, sampai kabur tengah malam hanya demi nonton layar tancep. hasilnya mereka kena hukuman dzikir semalam suntuk. di pesantren ini jg Nailal menemukan 'makna kebebasan' dlm hidupnya.
“Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang perempuan (bukan muhrim), karena (pihak) yang ketiga adalah setan,” bisik hati Marham (tokoh laki-laki novel ini) mengingat hadits Rasulullah Saw.